JIN BISA NYUNAT?

Kasus ini sering terjadi. Dan juga viral. Ada anak yang tiba-tiba saja sudah disunat, tanpa ada yang tahu siapa yang menyunat. Pun si anak sendiri.

Agar masuk akal, dicarilah korban. Bisa juga disebut kambing hitam. Jin lah yang dituduh sebagai pelaku. Terbitlah istilah disunat jin.

Timbul dua pertanyaan. Pertama, betulkah anak sudah disunat. Kedua, betulkah jin pelakunya.

Sekilas pintas, memang titit anak sepertinya sudah disunat. Kalau ragu, perhatikan gambar berikut.

Tampak sudah disunat bukan?

Tetapi kalau diperhatikan dengan seksama, ada yang gak lazim. Kulit dalam tampak panjang dan longgar. Artinya kulit kulup belum dipotong.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi?

Mungkin tanpa sengaja, anak menarik kulit tititnya ke belakang. Muara kulup yang sempit bisa jadi mudah lolos ke belakang, tapi enggan balik ke posisi normal. Lalu terjebak di tengah-tengah. Ujung titit yang terbuka mengesankan sepertinya anak sudah disunat.

Pada sebagian kasus, ujung titit dapat ditarik kembali ke depan. Agar lancar, dilumasi dulu dengan minyak bayi, baby oil. Jika sukses maka bentuk titit akan balik seperti sedia kala. Seperti sebelum disunat jin.

Tapi jika usaha pengembalian alias reposisi gagal, jangan dipaksa.

Juga jangan dibiarkan.

Kasus ini termasuk gawat darurat. Jepitan yang terjadi pada batang penis dapat menghalangi aliran darah. Jika kehabisan darah dalam waktu lama, ujung titit bisa membusuk.

Oleh karena itu, segera bawa ke dokter. Ada dua pilihan tindakan, dokter akan mencoba lagi mengembalikan kulit kulup, tentunya setelah dibius lokal, atau sekalian saja di sunat.

Sunat dokter tapi, bukan sunat jin.

Baca Juga

KOQ KUMAN BISA KEBAL

Salah satu momok di dunia kedokteran adalah kuman kebal terhadap antibiotik. Walaupun diserbu dengan dosis optimal, kuman hanya ketawa ketiwi melanjutkan aksinya.

Koq kuman bisa kebal? Apakah si kuman punya ilmu gaib? Apakah kuman punya intelejensia dan teknologi yang sangat top?

Tidak juga.

Mekanisme kekebalan kuman, baik bakteri, virus, atau parasit, sebenarnya sifatnya hanya kebetulan. Tak ada niat sedikit pun dari kuman untuk menjadikan tubuhnya kebal. Sekali lagi, murni kebetulan. Kalau dari sudut pandang si kuman, mereka mungkin akan menyebutnya anugerah.

Bagaimana kebetulan itu terjadi, begini ceritanya ....

Kita ambil contoh bakteri penyebab kencing nanah, Neisseria gonorrhea. Bakteri ini habitat aslinya adalah di dinding saluran kencing. Di tempat tersebut, bakteri membelah diri berulangkali dalam waktu singkat, menghasilkan jutaan keturunan. Di segenap keturunannya tersebut, muncul berbagai macam sifat. Sifat ini bisa berbeda satu sama lain akibat mutasi genetik saat proses membelah diri.

Dari berbagai sifat, bisa jadi ada sifat yang mampu menghalangi kerja obat antibiotik. Bakteri mutan yang memiliki sifat seperti ini, mampu bertahan hidup walaupun di bom dengan antibiotik tertentu. Sedangkan, saudaranya yang lain yang ga mutan seperti dia, akan tewas.

Apa yang terjadi kemudian?

Si bakteri mutan akan berkembang biak dengan leluasa, memperbanyak diri tanpa hambatan lagi. Tak hanya itu, jika tuan rumah pemilik penyakit kencing nanah berhubungan dengan orang lain, kuman mutan akan turut berpindah, membuka cabang baru. Jika aktifitas hubungan itu berlanjut ke orang lain lagi, maka muncul cabang baru lagi. Alhasil, bakteri mutan akan tersebar kemana-mana.

Bagaimana cara mengatasinya?

Dokter akan memberikan antibiotik golongan berbeda dengan cara kerja berbeda. Misalnya, jika kuman mutan kebal terhadap sefadroksil, dapat diberikan ofloxasin, atau jenis lain. Tapi situasi tak selalu semudah ini. Kadang-kadang ada kuman mutan yang kebal terhadap beberapa jenis antibiotik sekaligus. Kuman jenis ini disebut multidrug resistant. Untuk mengatasi kondisi ini, jauh lebih sulit.

Untuk mencegah kuman mendapatkan kekebalan, kita manusia bisa mencegahnya. Pertama, jangan minum antibiotik sembarangan dan tak sesuai dosis, misalnya ketika mau ‘jajan’ minum amoksisilin atau ampisilin sebiji. Kedua, menghabiskan antibiotik yang diberikan oleh dokter, jangan dihentikan walaupun kondisi sudah membaik. Ketiga, bergaya hidup sehat, misalnya tidak jajan sembarangan atau seruduk sana seruduk sini.

*image:thenativeantigencompany.com

Baca Juga

FENOMENA PINGPONG

Salah satu kekhasan permainan pingpong adalah bolanya bolak balik, dari pemain yang satu ke pemain yang lain. Karena sifat bolak baliknya, maka kata pingpong sering digunakan sebagai istilah.

Dan istilah yang paling populer adalah 'dipingpong’. Yaitu kondisi ketika urusan ga kelar-kelar karena di lempar sana sini. Misalnya saat mengurus ijin usaha, mengurus KTP, atau mengurus administrasi rumah sakit.

Di dunia perpenyakitan, istilah pingpong juga dipakai. Yaitu Fenomena Pingpong. Fenomena ini dijumpai pada penyakit kencing nanah atau gonorrhea (GO, baca ge-o).

Fenomena pingpong biasanya terjadi pada pasangan suami isteri.

Berikut kisahnya ...

Biang GO adalah bakteri Neisseria gonorrhea. Bakteri ini paling suka menyerang sel di dinding saluran kemih, milik pria maupun wanita.

Kisah bermula ketika suami jajan di luar, mungkin karena iseng, mungkin memang kebiasaan. Jajan kali ini sepertinya lagi sial. Peeska-nya rupanya mengidap penyakit GO.

Terinfeksilah si suami dengan penyakit tersebut.

Lalu ia pulang ke rumah. Minta jatah ke istri. Alhasil istri ikut terinfeksi. Sekarang, suami istri ini sama-sama terinfeksi.

Bedanya, si suami mengeluh nyeri saat kencing, juga keluar nanah dari ujung senapan. Si istri anteng aja tak ada keluhan.

Kenapa bisa demikian?

Saluran kencing si suami lebih panjang, artinya daerah jajahan bakteri GO juga lebih luas. Sehingga memungkinkannya membuat koloni yang lebih banyak. Serba luas serba banyak ini lah yang memicu munculnya gejala.

Sebaliknya dengan istri, urethra alias saluran kencingnya sangat pendek. Akhirnya koloni GO nya sedikit. Walaupun bakteri tetap berkembang biak, tetapi karena wilayahnya terbatas, maka gejala sering tidak tampak. Dokter menyebutnya infeksi terselubung alias silent infection.

Karena suami merasakan derita, maka pastilah ia pergi berobat. Dengan antibiotik, GO biasanya dapat dienyahkan. Beda dengan si istri. Karena merasa tidak sakit, dan merasa tidak pernah buat macam-macam, tentulah ia tak berobat.

Suami yang sudah sembuh kemudian ‘mendatangi’ istrinya lagi. Yang terjadi bisa ditebak. Si suami akan terinfeksi lagi. Muncul gejala yang sama dengan sebelumnya, lalu berobat. Sembuh, terinfeksi lagi, berobat lagi. Demikian seterusnya. Kondisi inilah yang digelari fenomena pingpong.

Cara terbaik untuk mencegah fenomena pingpong adalah mengobati istrinya juga. Masalah besarnya, bagaimana membujuk istri agar mau berobat tanpa membongkar perilaku buruk suami?

Dulu pernah kejadian di tempat praktek, ada suami yang datang sendirian lalu membujuk dokternya untuk mengobati langsung istrinya tanpa tanya-tanya atau menjelaskan. Saat ia membawa istrinya nanti. Ada-ada saja.

Baca Juga

RAHASIA KOMPRES HANGAT

Dulu ketika anak demam, lazim digunakan kompres dingin. Logikanya sederhana. Suhu tubuh yang panas mesti dilawan dengan sesuatu yang dingin.

Tapi seiring dengan berkembangnya zaman, kompres dingin untuk menurunkan panas mulai ditinggalkan. Diganti dengan kompres hangat.

Secara akal mungkin tidak masuk. Bagaimana mungkin suhu tubuh yang panas, ditambah dengan kompres yang hangat. Bisa jadi demam bertambah parah.

Tapi ternyata tidak demikian.

Di dalam tubuh kita terdapat organ yang berfungsi untuk mengatur suhu. Cara kerja pusat pengatur suhu ini adalah dengan menerima sinyal dari sensor permukaan tubuh, kemudian bereaksi sesuai sinyal yang masuk. Jika sinyal mengindikasikan keadaan sekitar tubuh dingin, maka pusat pengatur akan memerintahkan tubuh menaikkan suhu. Demikian sebaliknya. Jika sensor mendeteksi suhu luar dalam keadaan panas, maka pusat pengatur akan memerintahkan tubuh menurunkan suhu.

Prinsip ini juga berlaku dalam hal kompres mengkompres.

Jika tubuh dikompres dingin, maka sensor akan mengirimkan sinyal ke pusat pengatur bahwa suhu di luar sedang dingin. Dan tubuh perlu diperpanas. Itulah sebabnya jika kompres dingin dilepas suhu tubuh akan naik tinggi.

Beda halnya jika tubuh dikompres hangat. Sensor mendeteksi bahwa di sekitar tubuh sedang hangat. Lalu pusat pengatur mengeluarkan perintah, turunkan suhu.

Jika ragu silahkan coba sendiri ...

Andai suatu ketika Anda atau anak Anda demam cobalah lakukan kompres hangat. Niscaya tak lama kemudian suhu tubuh akan turun dan badan akan terasa lebih nyaman.

Gambar: intercontinentalhealthy

Baca Juga

TERNYATA BUKAN KUTU

Jika melihat dari namanya maka sebagian besar orang akan menyangka bahwa biang keladi penyakit ini adalah kutu.

Coba jawab pertanyaan berikut.

“Apakah penyebab penyakit kutu air?”

Kutu air biasanya menyerang sela jari kaki. Terutama setelah terendam air, dalam waktu yang cukup lama. Atau dalam kondisi lembab berkepanjangan.

Gejalanya berupa kulit sela jari kaki teriritasi, gatal dan perih. Rasa gatal mendorong penderita untuk menggaruk. Alhasil iritasi bertambah parah.

Dulu waktu kecil saat banjir, saya mencari-cari kutu biang kutu air. Gak dapat. Dalam bayangan saya kutu tersebut mirip dengan kutu rambut.

Setelah belajar di kedokteran, baru saya tahu bahwa biang kerok kutu air bukanlah kutu, tapi jamur. Juga jadi tahu nama latinnya, yaitu Tinea pedis.

Jamur penyebabnya ada 3 golongan. Trichophyton, Epidermophyton, Microsporum.

Karena penyebabnya jamur maka obatnya juga obat jamur. Antara lain mikonazol, ketokonazol, atau klotrimazol. Obat ini mudah didapat, karena dijual bebas di toko obat atau apotek.

Mungkin ada yang heran, kok sama dengan obat panu.

Iya betul sama. Karena yang diberantas sama-sama jamur. Walaupun dari spesies yang berbeda.

Baca Juga