Pentingnya Mencatat Tanggal Haid Setiap Bulan

Beberapa perempuan terkadang mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur setiap bulannya. Hal ini menimbulkan rasa cemas karena takut ada sesuatu yang akan terjadi. Oleh sebab itu, pentingnya mencatat tanggal haid mesti Anda lakukan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di masa depan.

Catatan tanggal haid akan membantu Anda untuk memahami bagaimana siklus menstruasi bekerja setiap bulannya. Jika Anda lakukan dengan konsisten, maka hal ini akan membantu untuk menjaga kesehatan. Sebab, siklus menstruasi yang baik tentu akan mempengaruhi kualitas kesehatan reproduksi perempuan.


Nah, bagi Anda yang ingin tahu pentingnya mencatat tanggal haid setiap bulan, maka bisa simak ulasannya berikut.

3+ Manfaat Penting Mencatat Tanggal Haid Setiap Bulan

Ada beberapa manfaat penting mencatat tanggal haid setiap bulannya, yaitu:

1.    Mengetahui Masa Subur untuk Meningkatkan Peluang Kehamilan

Pasangan muda yang baru menikah mesti mengetahui hal ini supaya dapat mengetahui peluang untuk bisa hamil. Sayangnya, beberapa perempuan yang sudah menikah selalu mengabaikan hal ini, sehingga mereka tidak tahu kapan masa subur masing-masing.

Padahal, mengetahui masa subur dari catatan tanggal haid akan meningkatkan peluang kehamilan. Masa subur sendiri terjadi di sekitar masa ovulasi, yaitu ketika ovarium melepaskan sel telur.

Umumnya, ovulasi akan terjadi sekitar 12 sampai 14 hari sebelum periode haid dimulai. Rata-rata masa subur seorang perempuan terjadi pada hari ke 10 sampai 17, intinya setelah hari pertama haid. Tetapi, hitungan ini hanya bisa tepat kalau siklus haid Anda berlangsung selama 28 hari.

2.    KB Alami untuk Menunda Kehamilan

Apabila Anda berniat untuk menunda kehamilan, maka hasil catatan tanggal haid bisa dimanfaatkan juga, lho. Catatan yang Anda buat secara konsisten dapat menentukan masa subur maupun masa tidak subur.

Untuk masa tidak subur, Anda bisa menghitungnya secara manual. Jika siklus haid setiap bulannya memiliki rentang kira-kira 26 hingga 32 hari, maka masa tidak subur akan jatuh pada hari ke 21. Jadi, catatan tanggal haid bisa Anda jadikan sebagai KB alami untuk menunda kehamilan.

3.    Mengetahui Usia Bayi dalam Kandungan

Pentingnya mencatat tanggal haid berikutnya adalah untuk mengetahui usia bayi dalam kandungan. Memang, Anda dapat mengetahui usia bayi dengan melakukan USG Pertama kali. Tetapi, ketika berkonsultasi, dokter maupun bidan akan bertanya kapan terakhir kali Anda menstruasi.

Dalam hal ini, Anda harus tahu bahwa tanggal Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) bisa digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan hingga menetapkan Hari Perkiraan Lahir (HPL).

4.    Mengetahui Berbagai Jenis Gangguan Saat Haid

Kalau Anda mengalami keluhan menstruasi, jangan sampai menganggapnya sepele, ya. Sebab, bisa jadi berhubungan terhadap masalah kesehatan lain yang lebih serius, misalnya Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS).

Gangguan hormon ini bisa menyebabkan peningkaan volume ovarium maupun sel telur yang terdiri dari folikel-folikel kecil berisi air, sehingga gambarannya seperti kista kecil.

Adapun beberapa jenis gangguan haid yang mesti Anda tahu, yaitu:
  • Dysmenorrhoea: kram perut akibat kontraksi pada rahim
  • Menorrhagia: Pendarahan berlebihan dalam kurun waktu panjang
  • Amenorrhoea: Suatu kondisi dimana perempuan tidak mengalami haid dalam waktu tertentu-tentu yang bisa menjadi tanda ketidaksuburan.
Itulah informasi mengenai pentingnya mencatat tanggal haid yang mesti Anda ketahui dengan baik. Adapun waktu yang tepat untuk mencatat siklus menstruasi setiap perempuan berbeda-beda. Namun, secara umum berjarak 21-35 hari sejak hari pertama haid di bulan sebelumnya. Selain itu, biasanya periode berlangsung haid adalah sekitar 3-7 hari.

Baca Juga

Bolehkah Ibu Menyusui Makan Mie Instan

Bolehkah ibu menyusui makan mie instan? Pertanyaan ini seringkali menjadi pikiran bagi banyak ibu menyusui. Apalagi, mie instan dapat diolah secara praktis tanpa membutuhkan banyak waktu.

Selain itu, mie instan memiliki rasa yang mengunggah selera, sehingga menjadi makanan favorit oleh banyak kalangan. Lantas, apakah ibu menyusui boleh mengonsumsi mi instan?


Untuk mengetahui jawabannya, Anda bisa simak ulasannya berikut ini.

Bolehkah Ibu Menyusui Makan Mie Instan?

Sebenarnya, tidak ada larangan bagi ibu menyusui untuk mengonsumsi mi instan. Namun, dikarenakan dalam mie instan terdapat kandungan monosodium glutamat alias MSG, maka ibu menyusui tidak boleh mengonsumsinya secara berlebihan.

Melansir dari Babycentre, sebaiknya mie instan tidak menjadi santapan tersendiri karena kekurangan protein, mineral, vitamin, sayur hingga serat.

Singkatnya, mi instan tidak mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh para ibu menyusui. Selain itu, rasa mie instan yang sangat asin memungkinkan bisa menyebabkan hipertensi apabila ibu menyusui mengonsumsinya setiap hari.

Ibu menyusui diwajibkan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi. Jadi, kalau ibu menyusui ingin makan mie instan, bisa ditambahkan dengan aneka sayuran hijau, telur rebus, ayam suwir dan lainnya.

Bahaya Ibu Menyusui Makan Mie Instan

Walaupun ibu menyusui boleh memakan mi instan, tetapi ada beberapa bahaya yang akan timbul jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus, yaitu:

●      Tidak Bernutrisi
Mie instan masuk ke dalam kelompok junk food karena memiliki kandungan karbohidrat serta lemak tinggi. Saat ibu menyusui mengonsumsi mie instan, maka tubuhnya akan rendah protein, vitamin, mineral hingga serat. Jadi, kalau ibu menyusui mengonsumsinya setiap hari, maka tidak ada kandungan nutrisi yang terserap.

●      Kandungan Natrium
Salah satu hal yang menjadi perhatian besar dalam mie instan adalah kandungan garam di dalamnya. Umumnya, sodium yang direkomendasikan bagi orang dewasa adalah kurang dari 2.300 mg per hari. Sementara kandungan sodium dalam mie instan jenis cup, biasanya memiliki sekitar 2.700 mg sodium.

●      Mengandung Aditif
Perlu Anda ketahui bahwa mie instan tergolong dalam makanan cepat saji yang memiliki kandungan bahan pengawet dan bersifat racun bagi bayi. Bahkan, aditif bisa menyebabkan kolik dan alergi pada tubuh si kecil. Sehingga, bayi Anda akan lebih sering rewel dan lainnya.

●      Risiko Sindrom Metabolik
Menurut The Washington Post pada 2016, mengungkapkan bahwa walaupun praktis, mie instan dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik dikarenakan kandungan sodium tinggi dan minim gizi.

Selain itu, ibu menyusui yang makan mie instan dua kali atau lebih dalam seminggu, beresiko tinggi terkena sindrom metabolik, dibandingkan ibu menyusui yang makan mie instan sedikit atau tidak sama sekali.

●      Komplikasi Kesehatan
Ibu menyusui yang mengonsumsi mie instan secara berlebihan akan beresiko terkena obesitas, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan penyakit lainnya.

Tips Makan Mie Instan Bagi Ibu Menyusui

Jika ibu menyusui sudah tak tahan ingin memakan mie instan, maka ada tips terbaik untuk mengonsumsinya, yaitu:

●      Tambahkan setengah atau kurang dari setengah penyedap yang terdapat dalam bumbu mie instan untuk mengurangi asupan garam.

●      Tambahkan bahan lain, misalnya telur rebus, ayam, bakso ikan, udang, kepiting, sayuran berdaun hijau dan lainnya.

●      Jika memasak mie instan kuah, Anda bisa membuang air rebusannya, lalu tuangkan air panas sebagai air kuah baru.

Itulah informasi mengenai bolehkah ibu menyusui makan mie instan yang bisa Anda ketahui. Kini, sudah jelas, bahwa ibu menyusui diperbolehkan makan mie instan, namun jangan berlebihan dan terus menerus, ya.

Baca Juga

Boleh Tidak Ibu Menyusui Minum Kopi Susu?

Ada banyak perdebatan di kalangan masyarakat terkait boleh tidak ibu menyusui minum kopi susu. Padahal, beberapa penelitian menyebutkan bahwa ibu menyusui diperbolehkan minum kopi susu, asalkan tidak berlebihan.

Walaupun begitu, Anda perlu memahami lebih lanjut terkait keamanan minum kopi susu bagi ibu hamil, berikut penjelasan lengkapnya.

Pengaruh Kafein Bagi Ibu Menyusui dan Bayi

Ketika meminum kopi susu, kandungan kafein di dalamnya akan masuk melalui aliran darah. Untuk ibu menyusui, sebagian kecil dari kafein akan masuk ke dalam ASI. Sehingga, ketika bayi sedang menyusu, maka bayi pun akan ikut mengonsumsi kafein tersebut.


Tubuh bayi belum mampu memecah serta menyingkirkan kafein seperti orang dewasa. Hal ini dikarenakan ginjal dan hatinya belum berkembang dengan sempurna. Akibatnya, kafein akan menumpuk pada tubuh bayi tersebut.

Semakin kecil usia bayi, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan supaya kafein keluar dari tubuh. Bahkan, bayi yang baru berusia di bawah 1 bulan akan membutuhkan waktu sekitar 4 hari.

Selain itu, kafein memiliki sifat stimulan yang dapat merangsang aktivitas. Sehingga, hal ini bisa membuat bayi menjadi terlihat rewel, gelisah dan sulit tidur setelah disusui.

Sebagian ibu menyusui mungkin ingin meminum kopi untuk bisa mengatasi perasaan lelah mereka. Sayangnya, mengonsumsi kopi susu tanpa ada batasan yang jelas akan membuat bayi semakin gelisah karena mendapatkan stimulasi berlebihan dari kafein. Tentu saja, kondisi ini pun semakin membuat ibu merasa lelah.

Tak hanya pada bayi, minum kopi susu terlalu banyak akan menimbulkan efek samping juga pada ibu menyusui tanpa disadari. Mulai dari jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, nyeri ulu hati, sulit tidur, mual dan naiknya tekanan darah.

Apabila ibu menyusui memiliki gangguan peredaran darah, seperti penyakit Reynaud, sangat disarankan untuk tidak mengonsumsi kafein sama sekali. Sebab, kafein dapat memperparah penyempitan pembuluh darah yang dialami. Hal ini akan mengakibatkan aktivitas menyusui menjadi terasa menyakitkan.

Ibu Menyusui dapat Mengonsumsi Kafein dalam jumlah Aman

Adapun jumlah kafein yang masih aman untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui adalah tidak lebih dari 200 miligram per hari. Tetapi, harus Anda ingat, kandungan kafein tidak terdapat pada kopi susu saja. Melainkan, terdapat pula pada minuman cola, minuman berenergi, cokelat, hingga teh.

Berikut ini merupakan perkiraan jumlah kafein yang terkandung dalam minuman untuk dijadikan sebagai gambaran, yaitu:

  • Satu cangkir kopi instan memiliki 100 mg kafein
  • Satu cangkir kopi saring memiliki 140 mg kafein
  • Satu kaleng minuman cola (350 ml) memiliki sekitar 40 mg kafein
  • Cokelat 50 gram memiliki kandungan kurang lebih 50 mg kafein
  • Satu kaleng minuman berenergi memiliki kandungan sekitar 80 mg kafein
  • Satu cangkir teh mengandung 75 mg kafein.

Melalui gambaran di atas, diharapkan Anda bisa mengatur jumlah asupan kafein supaya tidak melebihi jumlah yang dianjurkan. Tak hanya kopi susu, Anda juga harus membatasi makanan yang diolah dengan kandungan kafein pula. Misalnya, es krim, puding kopi, cokelat batangan dan masih banyak lagi.

Itulah informasi mengenai boleh tidak ibu menyusui minum kopi susu yang bisa Anda ketahui. Walaupun diperbolehkan, tetapi jangan sampai mengonsumsinya secara berlebihan, ya. Sebab, sesuatu yang berlebihan sudah pasti tidak akan baik dan membahayakan kesehatan ibu menyusui beserta bayinya. Selain itu, pastikan ibu menyusui selalu membiasakan untuk menerapkan gaya dan pola makan sehat. Tentu saja, hal ini dilakukan demi kesehatan ibu menyusui dan bayi Anda.

Baca Juga